Rabu, 10 Februari 2010

Agresi VS Stres dan Kepribadian

Agresi merupakan permasalahan yang akan terus menerus ada selama manusia masih menghuni dunia ini. Kejadian-kejadian yang menyakitkan dan membuat hati kita iba, tak pelak pula disumbangkan oleh agresi yang paling sering kita sebut dengan kekerasan.

Agresi merupakan tindakan melukai dan menyakiti orang dengan sengaja, baik itu secara verbal maupun fisik. Menurut Berkowtitz (2001), agresi merupakan tindakan yang melukai dengan sengaja oleh orang atau institusi terhadap orang atau institusi lain yang sejatinya disengaja (Feldman, 2008 dalam Sarwono, Meinarno, dkk., 2009). Sebagai contoh yaitu tindakan seorang anak yang menyerang temannya sampai mengalami patah tulang lengan karena anak tersebut menonton acara-acara TV yang berbau agresi, seperti smackdown dan film silat-silatan.

Sebuah penelitian tentang agresi inipun mulai bermunculan, guna mengantisipasi ataupun sekadar ingin mengetahui bagaimana agresi dapat terjadi. Saya akan mengungkapkan tentang sebuah makalah yang berisi ulasan tentang pengaruh tingkat introvertivitas dan frekuensi stres terhadap frekuensi agresi. Penelitian ini dilakukan di Universitas Paramadina dengan mengambil sampel sebanyak 15 orang mahasiswa. Permasalahan ini pantas menjadi sorotan dengan beberapa pertimbangan yang telah dianalisis sebelumnya yaitu kebanyakan mahasiswa sering melakukan tindakan agresi ketika stres, baik itu disengaja ataupun tidak disengaja dan sebagian mahasiswa Paramadina terlihat sering mencela dan memukul temannya ketika sedang bercanda. Dari hal ini dapat diidentifikasi bahwa permasalahan yang diangkat adalah mengenai tingkat stres dan perbedaan kepribadian pada tiap individu.

Analisis regresi untuk mencari perbedaan sumbangan pada dua faktor ini pun dilakukan. Hasilnya sangat signifikan yang menyatakan bahwa tingkat introvertivitas dan tingkat stres sangat mempengaruhi banyaknya tindakan agresi yang dilakukan seseorang. Dari penghitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif pada perilaku agresi ini didapatkan bahwa stres memberikan sumbangan lebih besar pada banyaknya perilaku agresi dibandingkan introvertivitas seseorang.

Adapun sumbangan dari factor lain-lain yang berpengaruh pada frekuensi agresi ini sebesar 23,85%. Sisanya adalah frekuensi stres dan tingkat introvertivitas yang memberikan sumbangan pada perilaku agresi sebesar 76,15%. Ini berarti sumbangan dari frekuensi stres dan tingkat introvertivitas sangat signifikan karena lebih dari 50% dari sumbangan keseluruhan. Menunjukkan bahwa factor lain hanya sedikit yang berpengaruh dalam penelitian ini.

Dari hasil penghitungan mean juga diketahui bahwa mean yang terbesar dalam penelitian ini adalah mean dari frekuensi stres = 15 sedangkan mean dari tingkat introvertivitas = 11.

Perlu adanya aplikasi dari hasil penelitian ini ke kehidupan sehari-hari. Tentunya dengan melihat stres dan tingkat introvertivitas. Kita juga bisa mengambil langkah sebagai antisipasi terhadap terjadinya perilaku agresi ini. Sewaktu kita melihat ada siswa SMP sering melakukan tindakan kekerasan, kita dapat juga menyimpulkan bahwa itu merupakan tindakan yang berasal dari kepribadian ia dan ia memiliki banyak permasalahan menekan ia yang membuat ia stres. Tetapi yang perlu mendapat sorotan lebih dalam pada bagaimana cara kita mengubah skema pemikiran siswa tersebut agar tidak melakukan kekerasan lagi. Selain itu, bila diketahui anak tersebut mengalami banyak permasalahan yang menekan dalam hidupnya kiat bisa mengambil langkah untuk membuat ia bisa mengatasi stres dan mempunyai orientasi yang rasional dalam hidupnya. Orang tua, keluarga, dan guru memiliki tempat yang sangat penting dalam mengambil langkah untuk mengatasi perilaku agresi ini.

Demikian pula diharuskan adanya analisa terhadap peristiwa kekerasan sehingga bisa diambil langkah penanggulangan yang tepat dalam mengatasinya. Penggambaran kekerasan ini bisa dilihat dari cara bicara yang menyiratkan kata-kata kasar dan menyakiti orang lain serta perilaku-perilaku yang mengindikasikan kekerasan seperti memukul, meninju, dan lain-lain.

Untuk membangun generasi yang damai seharusnyalah kita peduli terhadap hal-hal kecil yang memicu timbulnya kekerasan dalam kehidupan kita untuk mewujudkan masyarakat yang aman, adil, dan damai.

Dari makalah Pengaruh Tingkat Introvertivitas dan Frekuensi stres dalam Satu Bulan Terhadap Frekuensi Agresi dalam Satu Bulan pada Mahasiswa Universitas Paramadina


Tidak ada komentar:

Posting Komentar