Rabu, 10 Februari 2010

Manusia dan Arkeologi

Biografi Michel Foucault

Michel Foucault dilahirkan pada tanggal 15 oktober 1926 di Poitiers, Prancis. Awal mula dia diberi nama Paul Foucault tapi ibunya menambahkan nama "Michel" kepadanya, sehingga dia bisa dipanggil "Paul" atau "Michel". Foucault juga dijuluki sebagai 'Putra Altar' di Gereja. Michel Foucault adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kegemarannya bersepeda dan juga bermain tenis. Ayah Paul Foucault memang seorang ahli bedah sekaligus seorang professor anatomi di poitiers dan ibunya adalah seorang putri ahli bedah. Ibunya memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk memilih atau menentukan sikap sendiri.
Dalam pemikirannya foucault tururt mempersoalkan tentang kebenaran. Ia menganggap kebenaran saling berkaitan dengan kekuasaan.
Michel Foucault mulai mengenyam pendidikan dasar pada tahun 1930 di sekolah Negeri setempat. The Lycee Henri –IV di poiter. Kemudian, orang tuanya memindahkannya di The Jusut Secondary School, College St Stanislas. Pada usia 16 tahun Foucault sudah mulai mengenal filsafat. Ada seorang guru yang bernama Dom Pierot merupakan orang yang memperkenalkan pemikiran-pemikiran Plato, Descartes, Pascal dan Bergson kepadanya. Dia semula tertarik pada filsafat yang lebih terarah pada pembentukan suatu kerangka berfikir yang sistematis seperti Descartes dari pada filsafat yang mempertanyakan hidup maupun persoalan-persoalan hidup maupun personal. Pada tahun 1942, foucault berkenalan dengan Gaston Dez, dia seorang profesor sajarah dan Moreau Reibel, seorang profesor filsafat. Kedua orang inilah yang selanjutnya banyak memperkembangkan minatnya dalam sejarah dan filsafat.
Pada tahun 1943 Michel Foucault lulus sebagai sarjana muda. Ia berselisih paham dengan ayahnya. Karena ayahnya menginginkan Foucault menjadi dokter. Foucault menolak dan berminat untuk melanjutkan kuliah di ENS (Ecole Normale Superieure). Setelah dirinya mampersiapkan dua tahun untuk masuk di ENS, akhirnya dia ikut ujian di ENS akan tetapi kemampuan sudah di keluarkan semaksimal mungkin untuk menjebolkan gawang ENS tetapi tidak lolos juga. Berkat pengaruh orang tuanya yang begitu besar akhirnya dia diterima di Lycee Henry IV, Paris. Foucault tidak mudah putus asa, pada tahun 1946 dia kembali mengikuti ujian ENS dan diterima.
Foucault tidak bisa bergaul dengan teman-teman yang ada di ENS, karena Foucault sendiri sering menentang kesehatannya sendiri, yang kurang baik, dia juga mengalami depresi. Persaingan yang sangat dasyat itu terjadi di sekolah, dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pada saat itulah Foucault menjadi perhatian, diapun pernah mencoba bunuh diri dikamar, sambil minum pil, dikarenakan oleh depresi. Foucault mencoba lagi dengan menyayat dadanya dengan pisau cukur, dia pun pernah mengejar mahasiswa-mahasiswi dengan pisau di tangan, Akan tetapi usaha itu gagal dilakukan
Musim semi yang di tunggu-tunggu oleh Foucault telah tiba. Pada tahun 1950, dia ikut ujian akhir dan lulus ujian tulisnya. Tapi ujian oralnya tentang 'hipotesis' agak terburuk. Pada tahun 1951, dia akhirnya lulus juga tapi harus geram karena dia terpaksa harus bicara soal seksualitas pada ujian oralnya. Pada tahun itu juga, dia mulai memasuki dunia politik partai komunis perancis, (PCF: Partai Communiste Francais), itupun atas ajakan Louis Althusser. Agustus 1955, Foucault di undang untuk bekerja di jurusan studi Romawi pada universitas Uppsala, Swedia.
Setelah itu Foucault sering di undang ke manca negara, seperti Jerman, Tunisia, Polandia, dan akhirnya sampai ke Amerika. Selain itu juga Foucault banyak terlibat dalam kegiatan politik, dia pun pernah ikut mendirikan GIP (Groupe d'Information sur les prison). Dengan adanya GIP ini Foucault bermaksud mengumpulkan dan menyebarkan tentang informasi penjara. Foucault juga terkenal orang yang suka mabuk, dan tidak lupa dia suka homoseksual, pada waktu di Amerika dia juga kecanduan obat-obatan yang terlarang.
Pada tanggal 2 juni 1984 Foucault mulai merasakan sakit-sakitan, dia pun pernah pingsan di rumah. Kemudian, dia di bawa ke klinik saint-michel, disana kurang lengkap, kemudian ke Salpetriere pada 9 juni. Pada tanggal 24 juni demam Foucault semakin memburuk, dan akhirnya pada pukul 13: 15, tanggal 25 juni 1984, dia meninggal dalam usia 57 tahun. Kemungkinan atau terkaan penyebab kematiannya adalah karena AIDS. Semua teman-temannya hadir, baik dari manca negara maupun seperjuangan Foucault, ketika penguburan pada Tanggal 29 juni. Saat itulah Gilles Deleuze membacakan kata pengantar terakhir, Use of pleasure.
Sepanjang hidupnya sudah banyak buku atau tulisan-tulisan yang telah di karangnya. Beragam judul dan bermacam bentuk tulisan berupa buku atau artikel yang ia hasilkan, semua orang mengakui bahwa Foucault sering menemukan hal-hal yang baru, di bidang keilmuan atau kedokteran.

Manusia dan arkeologi Michel Foucault
Michel Foucault berpendapat bahwa manusia, pengetahuan, dan kebenaran merupakan produksi dari relasi dominasi yang inheren dalam pluralitas relasi kekuasaan. Menurutnya subjek tidak muncul dari kekosongan tapi muncul dari relasi dominasi yang ada disekitarnya. Arkeologi diartikan sebagai ilmu purbakala tentang benda-benda. Arche disini diartikan mencari asal usul tertentu dari suatu hal untuk menunjukkan usaha arkeologis yang menyangkut tujuan, metode, dan bidang penerapan. Menurut Faucoult ada 2 kata yang menunjuk pada pengetahuan (knowledge) yaitu conaissance (disiplin ilmunya seperti biologi, fisika, ekonomi, ddl) dan savoir (menunjuk pada pengetahuan yang mendasari suatu disiplin ilmu tertentu).
Pada abad ini timbul studi tentang periode-periode sejarah pemikiran. Ia menemukan episteme yang menjadi dasar disilin ilmu dan cirinya yang menentukan pada tiap periode. Foucault menyamakan antara episteme dengan system pemikiran, lebih tepatnya yaitu usaha untuk menemukan episteme (system pemikiran) dalam tiap periode sejarah.

Tiga zaman episteme
1. Abad Renaisans
Dijelaskan dengan istilah resemblance yang bias diartikan kemiripan. Pada zaman ini tanda bersifat triganda yang terdiri dari tanda-tanda, isi, dan resemblance. Resemblance merupakan bentuk dari tanda-tanda dan isi dari tanda-tanda.
Resemblance terdiri dari empat bentuk:
• convenientia, menunjukkan kesadaran atas dasar kedekatan tempat berdasar resemblance (dua benda didekatkan dan disejajarkan).
• Aemulatio, resemblance tidak lagi berdasarkan tempat. Pada bentuk ini, objek bisa dihadapkan satu sama lain dengan tidak ada kedekatan tempat.
• Analogy,. Memungkinkan persepsi dan kesadaran memandang benda-benda satu sama dengan yang lain. Dalam bentuk ini terdapat convienientia dan aemulatio. Dimana benda itu bias didekatkan dan disejajarkan. Contohnya mineral dan batu berbeda, tapi bias dikatakan bahwa dibatuan terdapat mineral.
• sympathy-antipathy, memungkinkan kualitas dari benda apapun dapat dihubungkan. Contohnya mendekatkan janur kuning dengan pernikahan yang bias menimbulkan kebahagiaan dan semarak.
Bahasa pada abad ini mirip dengan keberadaan benda-benda. Kata-kata dan benda-benda tidak dapat dipisahkan. Kata-kata ini juga harus digali lebih dalam karena berupa benda-benda juga.
Keempat resemblance ini menjaga identitas benda dan mengikat antar benda. Dari adanya resemblance ini dapat disimpulkan bahwa yang ada di dunia ini saling berhubungan dan punya kemiripan satu sama lain.

2. Abad klasik (abad ke 16)
Episteme pada abad klasik dijelaskan dengan istilah representasi yaitu penghadiran/pembayangan. Pada abad ini benda bersifat dwiganda yaitu yang menandai dan ditandai. Tanda dan benda terlepas satu sama lain. Tanda didefinisikan menurut tiga variable yaitu kepastian hubungan, tipe hubungan, dan asal mula hubungan. Dalam abad ini dunia tidak lagi dilihat sebagai kesatuan yang terdiferensiasikan antara kata-kata dan benda-benda, melainkan sebagi sustu totalitas dari apa yag direpresentasikan.
Bahasa telah kehilangan bentuk aslinya. Bahasa lebih dilihat sebagai fungsinya untuk mengungkapkan pikiran. Disini bahasa lebih merupakan system verbal untuk mengungkapkan tentang benda. Ciri pemikiran abad klasik yaitu membedakan benda, membuat table benda berdasarkan identitas dan perbedaan melalui tanda.

3. Abad modern (abad ke-19)
Pada abad ini terjadi diskontinyuitas pada episteme. Episteme pada abad ini dijelaskan dengan signifikansi atau pemaknaan. System tanda pada abad ini bersifat menyatu antara yang menandai dan yang ditandai dalam kaitannnya dengan pemaknaan benda-benda itu sendiri. Tidak terlihat lagi hubungan analogis dengan benda-benda.
Bahasa menjadi pengetahuan dan bahasa tidak menjadi satu lagi dengan pengetahuan. System pemikirannya adalah dengan pemberian makna yang memungkinkan berkaitan dengan sejarah. Foucault memandang sejarah sebagai unsur yang tidak dapat dihindari dari dalam pemikrian abad modern dan bukan merupakan sederetan kejadian secara kronologis.
Pengetahuan pada zaman ini memungkinkan benda mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri. Pengetahuan yang berkaitan dengan sejarah memungkinkan pengelompokkan serta pemisahan benda-benda berdasarkan struktur organis dan hokum-hukum internalnya. Bidang-bidang empiris (bahasa, makhluk hidup, dan pekerjaan) pada abad ini menjadi obyek penyelidikan ilmu pengetahuan empiris modern, yakni filologi, biologi dan ekonomi, yang ketiganya berkaitan dengan sejarah.

3. Tempat Manusia dalam Episteme MasingMasing Abad
Abad ke-19 ( abad modern ) sekarang di kenakan pada bidang empiris yang khusus yakni manusia.
a. Abad Renaisans
Manusia sudah menjadi objek pengetahuan, manusia sebagai wujud belum ditemukan. Sistem pemikiran abad renaisans yang setaraf dengan objek pengetahuan. Manusia merupakan ada di dunia ini, sama dengan benda-benda lainnya. Sebagaimana episteme abad renaisans dijelaskan dengan resemblance, manusia masih berada dalam kesatuan asli dengan benda-benda resemblance itu. Ia menjadi titik tumpu bagi keseimbangan diantara kemiripan-kemiripan. Ia menjadi pusat dari semua hubungan kesamaan dari satu benda ke benda lain.

b. Abad Klasik
Manusia di lihat sebagai ada-an yang terpisah dari kesatuan aslinya. Ia adalah ada-an yang terbayangkan dalam persepsi atau pikiran. Pembayangan itu melukiskan ada yang sebenarnya.
Pada pemikiran adab klasik ini, manusia dan benda-benda tidak bersama lagi. Ia justru menjadi titik hubungan keadaan yang asli dengan hasil representasi akan dirinya. Manusia ini tidak lain dimungkinkan oleh ciri episteme yang dijelaskan dengan resemblance, melainkan dengan representasi.
Dengan ciri pemikiran semacam ini, figure manusia sebagai manusia belum tampak. Manusia belum dianggap sebagai mahkluk yang mempunyai ciri keberadaanya sendiri, mahkluk yang menentukan perkembangannya sendiri. Manusia belum ada sebagai realitas utama dengan kepadatannya.

c. Abad Modern
Manusia mempunyai struktur organisnya sendiri yang dikuasai oleh hukum-hukum internal. Sebagai objek yang di ketahui, manusia dilihat sebagai mahluk yang berbicara, hidup, dan bekerja, sekaligus yang ditentukan menurut dalam hukum-hukum produksi. Eksistensinya menemui pembatasan dalam hukum-hukum tersebut. Pembatasan itu memungkinkan manusia kembali pada dirinya sendiri, lebih dari mahkluk yang diartikan menurut fungsi-fungsi bahasa, biologis, dan pekerjaan. Keterbatasannya menjadi dasar bagi eksistensi empiris ini dan ketidakmungkinan untuk mengebawahkan isi empiris dalam pengetahuan absolute. Manusia mempunyai ciri keberadaan yang mencakup jarak dari bagian dirinya yang di tangkap dengan tindakan pikiran, yang terbentang dari tangkapan murni dirinya ke kepadatan pengalaman apa yang tidak dapat dipikirkan di luar cogito (saya berpikir).
Unsur khas setiap tindakan mengetahui adalah historisitas. Dalam pengetahuan ditunjukan historisitas karena pengetahuan terjadi dalam tradisi. Historisitas ini memungkinkan keharusan akan adanya asal mula bagi manusia. Asal mula bagi manusia merupakan suatu cara dimana manuisa mengartikulasi dirinya. Artikulasi diri manusia terjadi dalam peristiwa, bahasa, hidup, dan pekerjaan yang sudaha da sebagai kondisi-kondisi yang memungkinkan tampilnya manusia baik sebagai subjek yang mengetahui maupun sebagai objek pengetahuan. Manusia berbicara tentang ciri keberadaan manusia yang mendua sebagai subjek-objek pengetahuan untuk mendapatkan dasar filosofis bagi ilmu-ilmu itu. Manusia berfungsi sebagai dasara dari refleksi ilmu-ilmu manusia, sekaligus termauk dalam unsur-unsur benda-benda empiris.


4. Manusia dalam Ilmu-ilmu Manusia
a. Ilmu-ilmu Manusia
Yang membedakan ilmu-ilmu manusia dengan ilmu empiris lainnya adalah objek penyelidikan, yaitu manusia. Dalam hal ini, manusia dilihat sebagai objek pengetahuan sekaligus sebagai subjek yang mengetahui, yang menduduki tempat yang sama dengan objek pengetahuan. Kedudukan manusia diletakkan sebagai subjek-objek pengetahuan.
Foucault menggolongkan ilmu-ilmu manusia menjadi, psikologi, sosiologi dan studi kesusasteraan serta mitos. Ilmu-ilmu manusia yang melihat manusia sebagai makhluk yang berbicara, makhluk hidup, dan makhluk yang telah berproduksi. Manusia memiliki ciri keberadaan yang luas, yang melebihi dari fungsi bahasa, fungsi biologis, serta fungsi pekerjaan yang dimiliki oleh filologi, biologi dan ekonomi. Ciri keberadaannya yaitu, berperan sebagai apriori historik, dasar self evident bagi pemikiran kita dan sebagai entitas empiris.
Ilmu-ilmu manusia menetapkan bidang epistemologis, yaitu bidang dari apa yang diketahui tentang manusia dengan model-model analitik yang dipinjam dari filologi, biologi, dan ekonomi, yakni makna sistem-tanda, fungsi-norma, dan konflik-aturan. Konsep dari makna sistem-tanda adalah tingkah laku manusia tampak sebagai suatu usaha untuk mengatakan sesuatu. Gerak-gerik, kegagalannya mempunyai makna. Segala sesuatu yang ia bentuk lewat objek-objek, upacara-upacara, kebiasaan dan penalaran merupakan suatu sistem tanda. Konsep dari fungsi-norma adalah manusia tampak sebagai makhluk yang mempunyai fungsi atau kondisi eksistensi dan kemungkinan untuk menemukan norma-norma yang dengannya manusia melaksanakan fungsi-fungsinya. Pengertian dari konflik-aturan adalah manusia tampak sebagai makhluk hidup yang tampak mempunyai kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan itu memasukkan manusia ke dalam situasi konflik dengan manusia lain. Dalam situasi ini, ia akan menentukan aturan-aturan baik sebagai pembatasan konflik maupun sebagai akibat dari konflik.
Melalui model analitik seperti itu, psikologi merupakan studi tentang manusia dari sudut fungsi-norma yang dapat diinterpretasi atas dasar model-model lain. Demikian pula sosiologi dan studi kesusasteraan dan mitos merupakan studi tentang manusia dari sudut konflik aturan dan makna sistem tanda, yang dapat diinterpretasi atas dasar model-model lainnya.
Pembagian ilmu-ilmu manusia diatas membawa kesulitan sehubungan dengan konsep ilmu-ilmu manusia itu sendiri, tipe rasionalitas yang ada padanya, dan dengan ilmu manusia yang berusaha membentuk dirinya sebagai pengetahuan. Dapat digambarkan bidang epistemologis ilmu-ilmu manusia berdasarkan pembalikan titik pandang dari sistem tanda, norma dan aturan yang menentukan makna, fungsi dan konflik. Yang dalam kaitannya dengan kesadaran.

b. Ilmu-ilmu Tandingan
Yang dimaksud Foucault dengan ilmu-ilmu tandingan adalah ilmu-ilmu yang menyangkut manusia tetapi tidak berbicara tentang manusia sebagai objek penyelidikan yang memungkinkan bidang epistemology ilmu-ilmu manusia. Mereka adalah psikoanalisis, etnologi, dan linguistik.
Psikoanalisa mengadakan penyelidikan langsung menuju ketidaksadaran pada apa yang ada secara tersembunyi, pada apa yang ada dalam kerasnya suatu benda, atau kepadatan teks yang tertutup pada dirinya. Dalam daerah ketidaksadaran ini, konsep kematian,keinginan dan hokum memacu pada kondisi kemungkinan pengetahuan tentang manusia. Psikoanalisis menentukan kedudukannya dalam dimensi ketidaksadaran dan dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu manusia.
Etnologi menentukan objeknya dalam proses tidak sadar yang mencirikan system kebudayaan tertentu. Etnologi menghindari penalaran kronologis dan mencoba merefleksikan kebudayaan pada dirinya sendiri.
Linguistik yaitu mempelajari tentang bahasa. Objeknya adalah bahasa manusia,manusia sebagai konsep operasional tidaklah memainkan peranan. Bahasa dilihat sebagai suatu sistem pada dirinya sendiri. Karena bahasa dilihat sebagai suatu sistem, seperti psikoanalisa dan etnologi, tetapi linguistik tidak berbicara tentang manusia. Linguistik lebih menekankansuatu prinsip penggalian dimana dari kedalaman bahasa benda-benda itu menjadi unsur-unsur dari suatu sistem.
Menurut Foucault, sistem tidak sadar karena sistem mendahulukan makna lantaran makna terletak dalam sistem-sistem yang menjadikan suatu makna efektif. Dengan demikian konsep fungsi menunjukkan bagaimana struktur organis dari hidup dapat diinterpretasi kembali kendati struktur organis itu sifatnya tidak sadar dan konsep norma yang menunjukkan fungsi efektif. Konsep konflik menunjukkan bagaimana kebutuhan, keinginan, dan kepentingan kendati tidak hadir pada kesadaran dapat mengambil bentuk yang dapat direpresentasikan. Sedangkan konsep aturan ialah menunjukkan bagaimana kekerasan dari dari konflik, ketidakterbatasan keinginan pada dasarnya sudah diatur oleh apa yang dipikirkan. Konsep-konsep ini menggambarkan cara dimana bidang empiris manusia dalam keterbatasannya dapat direpresentasikan, akan tetapi dalam bentuk yang tidak hadir pada kesadaran. Dengan demikian ilmu-ilmu manusia berbicara tentang manusia, tetapi dalam unsur-unsur yang direpresentasikan, akan tetapi berdasarkan.
Lewat model-model analitik dipinjam dari ketiga ilmu pengetahuan dari abad modern itu yang bisa dilihat bentuk dan ciri-ciri ilmu manusia. Kini tampak jelas bahwa baik psikoanalisis, etnologi, maupun lingusti tidak bicara tentang manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar